Seandainya saja saya....

sering sekali saya berpikir betapa enaknya menjadi ini dan itu, betapa enaknya kehidupan seperti si anu dan si anu. sampai lupa saya, bahwa saya yang seperti sekarang ini adalah anugrah terbaik yang pernah diberikan.
persis seperti cerita klasik di bawah ini.
SEANDAINYA SAJA SAYA……

suatu ketika,
di sebuah desa di tepi pantai, hiduplah seorang tukang
batu. pekerjaannya adalah memecah karang di tepi pantai dan menjualnya
ke orang2 yang membutuhkan batu2 sebagai bahan bangunan.
ia sering memperhatikan, setiap hari di tepi desa itu lewatlah seorang tukang tahu yang menjajakan tahunya keliling desa.
tukang batu tadi berpikir, alangkah enaknya jadi tukang tahu?? tiap hari bisa berjalan-jalan kelliling desa dan bertemu dengan orang baru. tidak seperti saya yang tiap hari hanya melihat batu.
singkat cerita, tukang batu tadi beralih profesi jadi tukang tahu
hari2 pertama dilewati dengan ceria dan mulai menjajakan tahu keliling desa.
lama kelamaan ia merasa letih dan bosan jadi tukang tahu yang tiap hari harus kepanasan menjajakan tahu di bawah terik mentari.
terbersit dalam hatinya "Tuhan, alangkah enaknya kalau aku jadi mentari"
ajaib keesokan harinya saat ia terbangun dari tidur, alangkah terkejutnya ia waktu mendapati dirinya telah menjadi matahari.
betapa gembiranya dia saat bisa menabur panas ke semua sudut bumi, menjadikan gersang setiap yang hijau dan menjadikan kering semua yang basah. tapi ada satu yang tak berkutik dengan terik yang dia berikan. ialah awan, awan menjadi penaung sudut bumi yang beruntung terhindar dari sengat terik yang ia berikan.
ah…..andai saja aku ini awan, ujarnya

lagi. ajaib. esok harinya ia diberikan kesempatan untuk menjadi awan.
inilah yang paling memuaskan hatinya.
menghalangi terik sang perkasa mentari, apa yang lebih menyenangkan dari ini???
seantero jagat di hujani dengan air bah tanda kekuasaannya, senang juga dia melihat semua kucar-kacir karna dirinya. semua. ya semua, kecuali karang tegar di tepi pantai itu.
laut menjadi ombak ganas, dan angin menjelma badai karna dirinya tetapi karang itu tetap tak tergoyahkan.
akhirnya ia menyerah
awan tidak lebih perkasa daripada karang, ujarnya
sekali lagi keinginannya terkabul. ia menjadi karang. keesokan harinya dia menjalani kehidupannya dengan ketenangan tak tergoyahkan, karang itu tak goyah diterpa ombak dan badai, tidak juga lapuk dimakan mentari.
kekuatan luar biasa yang tak tergoyahkan menjadikannya jumawa dan berbangga hati.
ketenangan itu terus berlanjut hari demi hari. kuat, kokoh, tegar.
hingga suatu ketika datang kepadanya seorang tukang batu. memecah karang itu berkeping-keping dan mengangkutnya entah kemana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Membasmi Kutu Loncat / Kutu Kucing / Pinjal yang ada Dirumah

Kata-Kata Orang Hebat

12 Monumen Paling Misterius Di Dunia