Dari Sabit Hingga Purnama


Dalam rentang panjang waktu hidup kita yang terseok,
pasti ada satu dua masa dimana kita harus menikmati kesendirian yang pahit. Terperangkap dalam belantara terasing dibawah tatapan beribu-ribu mata,
atau menangisi jutaan keping beban yang tak memberi jeda nafas kita untuk terhela barang satu dua detik saja.



Aku, suatu kali pernah juga menitikkan air mata, pada jenak-jenak hidup dari keseluruhan waktu panjangku yang bernama “sendiri”

Maka diwaktu yang singkat ini, izinkan aku sejenak menjadi kurma, yang beribu tahun lalu memberi teduh pada Muhammad, di sebuah kebun nun di Thaif sana.

Dari sudut kenangan itu, kulontar senyum untuk siapapun saja,
“gerangan apa engkau meneteskan air mata, kawan?”

Hidup ini, bagi kita adalah orkestra. Gemuruh syair, alunan biola dan harpa adalah nada dalam pagelaran hidup kita, tapi hening juga nada, diam sejenak dalam syahdu yang kadang2 mengiris, untuk lalu bergemuruh lagi dengan simfoni luar biasa yang memaksa dunia ini bertepuk tangan, suka atau tidak suka.

“gerangan apa engkau meneteskan air mata, kawan?”

Atas nama ibu yang telah menggadaikan separuh nafasnya untuk kita, maka tidak sekali-kali kita akan surut.

Atas nama ayah yang mengisi jenak-jenak hari kita dengan semangatnya, maka tidak sekali kali kita akan goyah.

Hidup kita terlalu berharga untuk jatuh dan hancur luluh!
Maka kita tetap berdiri,
betapapun rapuh kaki,
betapapun teriris hati,
betapapun berduri jalan ini,
betapapun SENDIRI!

Maka hari ini kita hapus airmata dalam diam yang hening,
lalu berjanji dalam hati,
bahwa tidak suatu apa akan membuat kita limbung,
tidak mentari,
tidak bayu,
tidak bumi.

“gerangan apa engkau meneteskan air mata, kawan?”

Ceritakan sejenak padaku! akan aku dengarkan dengan sepenuh waktu,
sesabar angin siang yang membelai-belai ilalang,
sesabar bulan tua yang menemani kita,
dari sabit hingga purnama,
dari sabit hingga purnama


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Membasmi Kutu Loncat / Kutu Kucing / Pinjal yang ada Dirumah

Kata-Kata Orang Hebat